MGtbNGJ8Mqt9NaZ4MqN9MGRbMDcsynIkynwbzD1c

Fiksi Mini: Dua Tahun Anniversary

BLANTERLANDINGv101
5821456843096345225

Fiksi Mini: Dua Tahun Anniversary

 

Dua Tahun Anniversary

Oleh: Mujisetyo Lail Li Hidayatulloh/Hida Aiyra

 


Dua tanda checklist terlihat. Pesan Whatsapp yang kukirim padanya sudah terbaca setelah menunggu 35 menit.

 

Sebentar lagi Sayang, aku masih di jalan.

 

Seulas senyum tersungging di bibirku kemudian. Pesan tadi dari gadisku. Aku mencintainya, bahkan sangat mencintainya. Malam ini tepat dua tahun aku mengencaninya. Besar tekatku untuk segera menjadikannya milikku secara sah, baik secara agama maupun negara.

Aroma parfum vanilla rose menyeruak memenuhi indra penciumanku. Sudah tidak asing, ini parfum gadisku. Dia sudah duduk di hadapanku. Dress merah selutut dengan heels lancip warna senada. Ah, jangan lupakan gincunya yang merah merona dan aku sangat menyukai itu.

"Maaf membuatmu menunggu terlalu lama. Tadi masih ada pelanggan yang harus kulayani," ujarnya tulus. Bercampur sedikit rasa bersalah yang bisa kulihat dari sinar matanya.

"Tidak masalah, Rere. Lagi pula, menunggu seorang yang cantik jelita sepertimu bukan masalah yang besar bagiku. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk menjumpaiku," bahkan aku tidak bisa memutus kontak mata dengannya sejak pertama dia memasuki kafe.

Senyum Rere mengembang. Kurasa dia selalu seperti itu. Tersenyum saat aku mengatainya "cantik". Senyum yang juga penyebab mengapa aku tidak bisa memutus pandanganku.

"Apapun untukmu, Sayang," begitulah Rere. Dia selalu memanggilku dengan panggilan "Sayang" meski aku jarang melakukan hal serupa. Sudah, jangan tanya lagi apakah aku benar mencintainya atau tidak.

 

Dengan tanpa mengabaikannya sedetikpun, aku berusaha merogoh kantong saku jasku. Kotak merah yang sudah sebulan ini kupersiapkan, dengan hati berdebar kuletakkan itu di hadapan Rere. "Selamat 2 tahun pacaran, Re," Pelan, aku mulai menunjukkan cincin bermata biru yang bertengger manis disana. "Will you marry me?" Akhirnya kata sakral itu terucap juga.

Kulihat raut wajah cerianya tadi perlahan berubah. Sepasang mata belo dengan bulu mata lentiknya terpejam agak lama. Dua tangan yang sedari tadi bertengger manis di atas meja mulai ia turunkan ke pangkuannya. Seperempat detik kemudian, kepalanya mengikuti arah tangannya. Perkiraanku, sedikit rasa gundah menyelimutinya. Atau mungkin, sangat gundah?

Hening merajai kami.

"Prasetya," panggilnya lirih. Sorot mataku menajam begitu ia memanggil nama asliku. Jika sudah begini, tandanya dia ingin bicara serius, seserius mungkin. "Aku tidak bisa menikah denganmu. Nanti apa kata keluarga dan rekan-rekan bisnismu kalau mereka tahu kau menikahi seorang-"

"Pelacur?" Aku memutus kata-katanya. "Harus berapa kali kukatakan padamu, Re? Aku sangat mencintaimu. Aku serius ingin menikahimu. Aku tidak peduli statusmu. Kalau nanti ada yang menghinamu, akan ada aku di sampingmu yang siap membelamu dengan sepenuh hatiku. Aku akan jadi sayap pelindungmu," lanjutku.

"Bukan hanya itu saja, Pras!" katanya dengan sedikit menaikkan nada bicara. "Maaf, aku benar-benar tidak bisa. Kau terlalu baik untuk orang sepertiku, Pras. Carilah yang lebih baik dariku," kali ini ia meminta dengan nada yang sangat lembut terdengar.

Tapi alasannya sangat klise.

"Tidak bisa, Re! Aku sudah meyerahkan hatiku padamu, bukan yang lain!"

"Tapi aku tidak bisa menerimamu, Pras!"

"Kenapa?"

"Karena aku seorang pria! Karena aku seorang waria!"

Tubuhku lemas seketika. Jadi selama ini?

 

Perkenalkan, nama aslinya...

Reza.

 

 

BLANTERLANDINGv101

Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang