MGtbNGJ8Mqt9NaZ4MqN9MGRbMDcsynIkynwbzD1c

Cerpen Sri Andayani: Petuah Pohon

BLANTERLANDINGv101
5821456843096345225

Cerpen Sri Andayani: Petuah Pohon

 


Petuah Pohon

Cerita lokal dari Sidoarjo saat ini masih sangat sedikit. Oleh karena itu penting sekali bagi warganya untuk menggali dan mengembangkan budaya asli daerah agar generasi muda mengetahui dan memahami budaya kotanya sendiri.

Budaya Sidoarjo yang kental dengan nilai-nilai karakter positif dan kearifan lokal masih sangat penting untuk dipertahankan. khususnya oleh generasi muda yang saat ini seperti sudah mulai melupakan jati diri budaya masyarakatnya.

Budaya Sidoarjo (Jawa), yang memiliki tingkat peradapan tinggi dan sudah diterapkan oleh masyarakatnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, saat ini sepertinya sudah tergerus oleh arus perkembangan jaman.

Jaman memang sedah berubah. Siapapun memang harus mengikuti geraknya.   tetapi tidak berarti nilai-nilai hidup atau  falsafah masyarakat lama yang baik ikut pula ditinggalkan. Malah sebaliknya, nilai-nilai yang positif harus dikembangkan dan disesuaikan dengan zamannya. 

Terutama untuk dunia pendidikan, penting sekali bagi  siswa dikenalkan pada nila-nilai tersebut. Bahan ajar yang berbasis kearifan lokal budaya (Jawa) akan memberikan citra positif masyarakat Sidoarjo khususnya dan Indonesia pada umumnya. Teknologi tradisional yang ramah lingkungan, tarian rakyat, cerita lokal, budaya kesantunan, dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kearifan lokal itu akan memberikan gambaran kepada pelajar bahwa masyarakat Sidoarjo khususnya memiliki keunggulan dalam berbagai ranah sejak masa lalu.

Kearifan-kearifan itu digunakan oleh masyarakat desa  dalam melakukan aktivitas hariannya. Dengan begitu diharapkan mampu membangkitkan kecintaan para pelajar kepada daerahnya. Kecintaan siswa pada daerahnya akan mewujudkan ketahanan daerah. Setiap daerah di kabupaten Sidoarjo tentu saja memiliki sejarah pembentukannya dan kearifan lokal  masing-masing.

Jumlah desa atau kecamatan di kabupaten sidoarjo sangatlah banyak. Kalau sekiranya setiap desa atau kecamatan memberikan catatan sejarah dan asal usul desanya tentu akan menambah khasanah kota Sidoarjo. Tetapi sayang sekali saat ini catatan sejarah tentang riwayat desa-desa tersebut sangatlah minim sekali. Ini bisa dimaklumi karena para sesepuh desa atau saksi-saksi sejarah yang mengetahui sejarah desa atau daerah tersebut sudah tidak  lagi ada. Bukti-bukti peniggalanpun juga jarang ada. Yang tersisa hanyalah dongeng dari mulut ke mulut yang ditularkan dari orang tua ke anak cucunya. Karena itu terdapat berbagai versi cerita yang berbeda.

Seiring perkembangan jaman, nilai-nilai luhur bangsa itu semakin memudar, bahkan tidak ada lagi karena ditinggalkan. Karena itu penulis ingin menelusuri sejarah atau asal-usul salah satu desa yang ada di kabupaten sidoarjo. Penulis setidaknya mencoba menggali yang masih tersisa dari sejarah masa lampau untuk diambil hikmahnya bagi generasi muda kota ini.

Alasan pertama adalah masih amatlah sedikit cerita-cerita yang berkembang di masyarakat yang berasal dari Sidoarjo yang dibukukan dan diketahui banyak orang, pada hal sebenarnya banyak sekali cerita-cerita itu kalau mau di telusuri. Alasan lainnya adalah semakin banyak tokoh-tokoh tua dari setiap desa yang sudah  meninggal . Sehingga desa kehilangan sumber hidup cerita atau sejarah  tentang desa tersebut.

Penulis mencoba menelurusi satu cerita yang berkembang di masyarakat desa” punggul”, sebuah desa yang letaknya  di kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo. Desa yang berbatasan dengan desa Seruni di sebelah barat, desa Gemurung di sebelah timur, desa tebel di sebelah selatan dan desa Ketajen sebelah utara.  Punggul adalah desa tempat penulis dilahirkan.  Penulis berpendapat desa tersebut memiliki petuah atau nilai--nilai luhur yang patut dicontoh dan dijadikan teladan oleh anak-anak mudanya saat ini.

Untuk mendapatkan gambaran sejarah tentang desa punggul, penulis pergi mengunjungi desa itu, desa yang telah ditinggalkan selama kurang lebih tiga puluh tahun lamanya. Penulis tidak melupakannya sama sekali, tetapi  masih sering mengunjunginya karena  masih ada family dan makam kelurgnya yang masih sering ia kunjungi.  Tidak terasa banyak perubahan yang sudah terjadi pada masyarakatnya.

 Di jalan, penulis bertemu dengan anak-anak desa yang dulu masih kanak-kanak. Tidak terasa, sekarang mereka sudah berubah menjadi bapak atau ibu yang sudah memiliki banyak anak.  Tempat pertama yang penulis tuju adalah rumah tetangga dekat rumahnya dulu yaitu bapak Nono. Sebenarnya beliau bukanlah penduduk asli desa itu. tetapi karena beliau seorang pamong desa, dan senang bergaul dengan banyak orang, beliau juga seorang pemerhati seni dan budaya masyarakat desa Pungul. Maka pengetahuannya tentang sejarah dan asal-usul desa Punggul pun banyak juga.

Menurut penuturannya, nama desa Punggul diambil dari nama seorang tokoh yang pertama kali membabat alas di daerah itu. Orang itu adalah Kyai Tunggul Wulung. Beliau adalah orang sakti, seorang ulama islam yang datang ketika jaman akhir kerajaan majapahit. Sementara kerajaan islam mulai masuk ke tanah majapahit dan sekitarnya sekitar abad  ke-14. Namanya bisa di lihat dari keberadaan cungkup yang ada di makam desa tersebut. 

Tetapi bapak Nono ragu untuk bercerita lebih lanjut. Beliau takut salah menceritakannya. Karena itu beliau menyebut salah satu nama orang yang menurutnya tahu tentang riwayat nama desa itu. Orang yang ditunjuknya bernama bapak Sodikin. Beliau adalah ketua RW 1 desa Punggul. Kebetulan , beliaulah yang ditunjuk warga merawat makam yang ada di cungkup  desa itu.  Karena kakeknya dulu adalah seorang yang menjaga cungkup desa punggul itu sebelumnya secara turun temurun..

Karena keberhasilannya dalam menebang sebuah pohon besar dan sangat tinggi menjulang kelangit  di hutan wilayah itu, maka kemudian namanya dijadikan nama desa tersebut. Nama itu juga mengandung pesan-pesan moral untuk dijadikan peringatan bagi warga desa itu agar selalu berlaku baik dan tidak sombong ,adigang adigung dan adi guna , sopo siro sopo ingsun. dalam kehidupan sehari-hari. Pak Sodikin biasanya selalu menceritakan sejarah desa punggul di hadapan orang banyak ketika di desa sedang mengadakan  ruwatan desa atau biasa di sebut “Ruah Desa” yang diadakan setahun sekali di bulan sa’ban atau ruwah dalam bulan Jawa. Juga ketika khaulnya mbah Tunggul Wulung di  bulan Muharam atau bulan Suro dalam bulan Jawa. Bapak Sadikin adalah cucu turunan dari mbah Karsiman ,seorang yang mengurusi  cungkup atau makam tokoh tersebut.Menurut kisah bapak Sadikin,Orang pertama yang datang di tanah hutan ini ialah mbah Sekar. Dari pakaian yang dikenakannya (menurut cerita kakek  Sadikin) ,beliau adalah seorang Prajurit yang datang dari  era setelah raja Brawijaya, pecahan dari kerajaan Majapahit di awal kedatangan pengaruh islam. Beliaulah yang membuka alas daerah tersebut dan mendirikan padukuhan untuk tempat tinggal. Beliau penganut agama islam. Dengan segera seluruh alas daerah itu sudah di babatnya  hingga sampai pada sebatang pohon yang berdiri kokoh menjulang sangat tingginya. Pohon itu sangatlah angker,seperti ada nyawanya.Siapapun yang mendekatinya tidak akan selamat.  Setiap kali kapaknya menyentuh batang pohon itu maka kapaknya akan jatuh dan patah . Hal itu berlangsung hingga beberapa kali.Akhirnya beliau membiarkan saja pohon itu di tempatnya. Tetapi lama-lama penduduk desa itu sangat mengkeramatkan pohon itu. Hingga banyak yang lupa melaksanakan ajaran islam. Karena itu meresahkan hati mbah Tunggul Sari.

Kedatangan Kyai Tunggul Wulung yang mampu menumbangkan Pohon itu sangat menyenangkan hati Mbah Tunggul Sari. Dan Akhirnya untuk mengenangkan peristiwa itu maka desa itu di namakan Punggul yang maksudnya adalah sebagai pengingat penduduk di situ supaya tidak memiliki sifat sombong atau unggul-unggulan seperti pohon tersebut. Sedangkan mbah Sekar di juluki warga desa sebagai mbah Tunggul Sari artinya orang yang cikal bakal atau membuka alas yang pertama untuk dijadikan tempat tinggal. Ingatlah wahai seluruh wargaku, desa  ini aku namakan sebagai desa “Punggul”,sebagai pengingat bahwa diatas langit masih ada langit, diatas yang kuasa masih ada yang lebih berkuasa yaitu Gusti Allah ingkang maha kuasa lan maha Agung,maka janganlah engkau tiru sikap pohon ini , nanti pada suatu waktu tiba saatnya pohon itu akan tumbang demikian juga pada kalian ingatlah siapapun yang memiliki sifat sombong di desa ini maka tidak akan lama. Dia akan menglami ujian berat didalam kehidupannya. Ingatlah kalian semua akan hal itu”. “Sendiko kyai,kami akan mematuhi perintah kyai”.Demikianlah kehidupan warga desa yang aman dan tentram segera terwujud di bawah kepemimpinan mbah Tunggul Sari.Penduduk hidup rukun ,tentram dengan tata aturan yang disepakati bersama oleh seluruh warga desa sesuai dengan norma norma yang disetujui bersama antara elemen rakyat dan pemimpin desa yang sangat di patuhi oleh warganya. Kyai  Sekar adalah nama asli dari mbah Tunggul Sari juga  di juluki warga desa sebagai mbah keramat oleh penduduk desa dikemudian hari yang artinya ialah orang yang sakti dan segala ucapan dan tindak tanduknya di jadikan panutan oleh seluruh warga desa.Mbah Sekar memiliki siswa padepokan yang berjumlah 6 orang . Dari keenam orang ini mbah Sekar menyebarkan agama islam didaerah Punggul dan sekitarnya. Keenam orang ini memiliki makam yang tersebar di beberapa tempat di desa Punggul,ada yang di sebelah  barat desa ,ada yang di makamkan di utara desa dan salah satunya ada di padukuhan desa yakni desa ngudi,desa Pandewatan , dan lain lain.

      Pada suatu hari datanglah seorang senopati  dengan bersenjatakan lengkap ,dilihat dari pakaian yang dikenakan pada waktu itu diketahuilah bahwa mereka  berasal dari kerajaan Pajang ,Jawa Tengah.Beliau memiliki nama mbah “Tunggul Wulung” ,nama  aslinya belum di ketahui.Setelah sampai di desa tersebut ,beliau segera menghadap dan sowan pada ketua desa yaitu kyai Tunggul Sari.Beliau kemudian mengutarakan maksudnya untuk menetap dan menyebarkan agama islam di daerah sini. Kyai Tunggul Sari menyambut gembira atas kedatangannya,tetapi beliau juga mengajukan syarat padanya agar bisa di terima untuk tinggal di tempat ini. Syaratnya adalah dia harus pergi ke ujung desa dan mencari pohon yang namanya Tunggul sari. Beliau memberi petunjuk tentang ciri ciri pohon tersebut “ Carilah sebuah pohon yang sangat besar dan kokoh di desa ini . Tidak ada pohon lain yang lebih tinggi dari pohon itu. Dia begitu tinggi hingga mampu menyentuh langit” . Demikianlah ucapan dari kyai Tunggul Sari kepada senopati itu.Lalu senopati itu meneruskan pencariannya keseluruh wilayah desa untuk menemukan keberadaan pohon besar itu. Dengan segala kesaktiannya dia segera membabat hutan yang berada di sekitar pohon besar yang terkenal angker itu. “ Inilah pohon yang di maksud kyai itu”, gumamnya. “ Allahu akbar , besar sekali pohon itu”.” Hai ,manusia menjauhlah engkau dariku,tidak tahukah engkau bahwa tidak ada seorangpun yang mampu melukaiku,atau kamu akan binasa, hahaha”.Mendengar ucapan pohon besar itu sang senopati tidak menjadi gentar ,tetapi dia menjadi sangat tertantang untuk segera mencoba kesaktiannya agar bisa segera merobohkan pohon itu.” Hai, pohon besar,tidak ada yang lebih besar di dunia ini kecuali hanyalah Gusti Allah ,tuhan segala makhluk di atas alam ini. Demikian juga kamu,Kamu bukanlah yang maha kuat di bumi ini.” Lalu senopati itu mulai mengayunkan senjatanya berkali kali ,setiap kali senjatanya menyentuh kulit pohon itu ,setiap kali itu pula mental dan jatuh. Dicobanya berkali kali hingga dia kehabisan seluruh kekuatannya. Kemudian dia lalu menghadap kembali kepada kyai Tunggul Sari bahwa dia merasa kesulitan utuk menundukkan kayu tersebut. “ Wahai anak muda ,dengarlah .Kayu itu bukanlah sembarang kayu.Ia amatlah sakti. Ia memang sengaja di ciptakan Gusti Allah sebagai ujian bagi seluruh umat manusia. Dia di jadikan suatu ujian agar manusia itu ingat pada Sang membuat kehidupan. Kayu itu hanyalah sebuah simbol bahwa di atas yang tinggi masih ada yang lebih tinggi yaitu Gusti Allah ,sang khalik,diatas yang kuat itu masih ada yang paling kuat di alam ini yaitu Allah Sang penguasa alam .Maka tidaklah pantas manusia itu sombong,congkak dan tamak.Hidup bermegah megahan hingga lupa saudaranya yang masih hidup dalam kesengsaraan. Maka ingatlah bahwa siapapun yang memiliki sifat sifat semua itu hidupnya tidak akan langgeng,dia akan mengalami kesengsaran hidup di dunia ini apalagi di alam akhirat. Ini adalah peringatan bagi seluruh warga desa ini hingga anak cucu mereka nanti”. Maka agar kamu bisa menundukkan kayu itu ,berpuasalah selama tiga puluh hari lalu di tambah sepuluh hari lamanya.Ini adalah ujianmu juga”. Demikianlah petuah dan petunjuk yang diberikan oleh kyai Tunggul Sari kepada sang senopati itu. Maka sang senopati itu melaksanakan segala yang di titahkan oleh sang kyai itu. Setelah empat puluh hari lamanya dia bersemedi ,memohon petunjuk dari Gusti Allah,Sang pemilik alam ,maka pergilah senopati itu menuju kearah pohon besar itu.Setelah memanjatkan doa diayunkannya senjatanya kearah batang pohon itu, dan pohon itu mulai merintih kesakitan.” Cukup-cukup jangan engkau teruskan lagi .Aku menyerah.” Dan seketika itu robohlah kayu besar dan sangat tinggi menjulang ke langit itu.Setelah itu sang senopati Tunggul wulung mulai menetap di desa itu dan menyebarkan agama islam di tempat itu dan sekitarnya. Kisah tentang mbah Tunggul Wulung dengan kesaktiannya terus diturunkan ke anak cucu oleh warga desa agar bisa diambil pelajaran oleh mereka. Menurut (mitos) cerita orang orang ,entah itu benar atau tidak wallahu alam, mbah Tunggul masih tetap menjaga desa ini hingga sampai kapanpun. Manakala ada penduduk yang mengalami kepahitan hidup yang amat sangat ,maka beliau akan memperlihatkan diri dan memberi petuah pada mereka ,agar tidak berduka dengan apa yang menimpanya dan tetap sabar menjalani hidup. Orang akan mengetahui keberadaannya dengan adanya suara rintihan kuda yang sedang berjalan .Atau melihat orang yang sedang mengendari kuda yang berwarna hitam. Perawakan mbah Tunggul Wulung adalah seorang yang tinggi besar karena itu beliau juga di sebut sebagai mbah “Duwur”. Ada lagi yang cerita bahwa ketika akan ada pilihan lurah maka beliau akan memperlihatkan diri lagi untu menjaga  desa agar tidak terjadi kekacauan. Untuk menghormati dan mengingat jasa jasa beliau ,maka penduduk desa setiap tahun melenggarakan khaulnya, yaitu di bulan muharam atau bulan suro. Pada saat itulah biasanya pak Sadikin menceritaakn sejarah desa punggul ini kepada seluruh warga desa. Setiap tahun,warga desa juga mengadakan ruwatan desa sebagi ucapan syukur atas keselamatn desa. Biasanya mereka mengdakan pertunjukan wayang orang. Dan pada saat itu pula Pak Sadikin akan menceritakan tentang sejarah desanya. Demikianlah sejarah singkat diberinya nama desa “punggul”. Apabila ada perbedaan versi cerita ,memang dimungkinkan karena mereka tidak menerima secara langsung cerita dari saksi mata sejarah. Pelajaran moral yang kita ambil dari cerita itu ialah tidaklah patut manusia itu sombong karena yang pantas untuk sombong hanyalah Allah semata, Tuhan, Sang Khalik, Yang maha kuasa atas seluruh umat manusia dan alam semesta ini.

 

BIODATA PENULIS

 Sri Andayani,anak ketiga dari enam bersaudara, dilahirkan di Kota Petis, Sidoarjo JawaTimur. Tepatnya tanggal 15 Maret 1968. Alhamdulillah, saat ini saya sudah menulis  beberapa buku toogi dan solo..Saat ini saya bekerja sebagai seorang guru di SMP Negeri 6 di kota Sidoarjo.Motto hidup saya ‘Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau tidak kaum itu yang mengubahnya sendiri”Ku pegang ayat itu untuk menjadikanku semangat dalam meraih cita citaku.Saya sebagai anggota FLP cabang Sidoarjo. Alamat email saya: andayani15@gmail.com.No HP.081335303252

 

 

 

BLANTERLANDINGv101

Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang