KETIKA
MANUSIA TERLAHIR KEMBALI
Oleh:
Yunita Purnamasari
Pandemi
Covid-19 ditemukan di Indonesia sejak awal Maret 2020. Hingga tulisan ini saya
buat, Januari 2021 pandemi belum juga berakhir. Maka Indonesia telah mengalami
masa pandemi selama 10 bulan lamanya. Hampir satu tahun. Kemudian pertanyaannya,
adakah keberkahan yang Anda rasakan selama itu? Mari kita renungkan bersama.
Ibarat bayi dalam kandungan, 10 bulan adalah waktunya bayi lahir ke dunia. Tentu ia sudah siap dilahirkan, karena pada umumnya usia kandungan ibu yang hamil adalah 9 bulan 10 hari. Allah menciptakan manusia tidak langsung berbentuk bayi yang baru lahir, bukan? Namun, ada tahapannya. Ada prosesnya. Nah, seperti itu juga dengan kita di masa pandemi ini. Ada proses kita akan “terlahir lagi” sebagai hamba Allah yang “berbeda” dari yang lalu sebelum pandemi.
Tentu
setiap orang akan berbeda ketika ia “terlahir kembali” seperti maksud saya di
atas. Karena setiap orang memiliki kebiasaan yang berbeda dan juga ilmu yang
berbeda. Sebagai contoh begini, sebelum pandemi seorang ibu rumah tangga
“hanya” melakukan rutinitas setiap harinya mengurus rumah dan keluarga. Kemudian
ia “akan terlahir kembali” sebagai sosok ibu yang memiliki tambahan ilmu yakni
pengetahuan karena menjadi guru bagi anaknya yang belajar daring dan ilmu
memasak karena setiap hari harus menyediakan camilan untuk anak-anak, misalnya
begitu.
Contoh
yang lain, mereka yang berprofesi sebagai guru. Sebelum pandemi mereka tak
mengenal Zoom Cloud Meeting, istilah WFH dan Kinemaster. Kini guru “terlahir
kembali” sebagai seorang YouTuber yang selalu rutin membuat content
pembelajaran untuk murid. Terlahir menjadi seseorang yang memiliki tambahan
kebaikan dari Allah itu adalah rahmat Allah semata.
Tentu
masih banyak contoh lainnya. Seperti para pengusaha kuliner yang “terlahir
kembali” menjadi pengusaha kuliner virtual, yakni dengan mendaftarkan dirinya
ke platform online yang mulai diminati masyarakat. Sejak awal pandemi
masyarakat mulai sadar untuk tidak keluar rumah kecuali untuk hal penting saja.
Menghindari kerumunan dan memilih belanja online, termasuk mencicipi kuliner
virtual.
Menjadi manusia yang “terlahir kembali” di masa pandemi
tidak selama terlahir menjadi baik (lebih kreatif berkarya), tetapi ada juga
yang “terlahir kembali” menjadi manusia yang nilainya lebih buruk dari
sebelumnya. Na’udzubillah. Masih ingat, bukan? Baiklah saya ulas beberapa yang
menjadi berita di media massa.
Seorang ibu di Tangerang yang membunuh anaknya karena tak
sabar mendampingi belajar daring (online) di rumah. Seorang perawat yang
melakukan perbuatan asusila pada pasien Covid-19 di wisma atlet Jakarta. Dua
pejabat negara yang diduga terlibat korupsi. Dan YouTuber asal Bandung bernama
Ferdian Paleka yang tega membagikan sembako berisi sampah, dengan dalih itu
hanyalah content prank. Mereka semua merupakan contoh manusia yang “terlahir
kembali” dalam keadaan belum sempurna. Mereka bisa sempurna, jika melakukan
taubatan nasuha (benar-benar bertobat). Maukah Anda terlahir kembali, tetapi
tak bernilai seperti itu? Tentu tidak mau, bukan?
***
terlahir kembali dengan kebiasaan baru
BalasHapus