MGtbNGJ8Mqt9NaZ4MqN9MGRbMDcsynIkynwbzD1c

Esai Yunita P: Ketika Manusia Terlahir Kembali

BLANTERLANDINGv101
5821456843096345225

Esai Yunita P: Ketika Manusia Terlahir Kembali

KETIKA MANUSIA TERLAHIR KEMBALI

Oleh: Yunita Purnamasari 


 

Pandemi Covid-19 ditemukan di Indonesia sejak awal Maret 2020. Hingga tulisan ini saya buat, Januari 2021 pandemi belum juga berakhir. Maka Indonesia telah mengalami masa pandemi selama 10 bulan lamanya. Hampir satu tahun. Kemudian pertanyaannya, adakah keberkahan yang Anda rasakan selama itu? Mari kita renungkan bersama.

Ibarat bayi dalam kandungan, 10 bulan adalah waktunya bayi lahir ke dunia. Tentu ia sudah siap dilahirkan, karena pada umumnya usia kandungan ibu yang hamil adalah 9 bulan 10 hari. Allah menciptakan manusia tidak langsung berbentuk bayi yang baru lahir, bukan? Namun, ada tahapannya. Ada prosesnya. Nah, seperti itu juga dengan kita di masa pandemi ini. Ada proses kita akan “terlahir lagi” sebagai hamba Allah yang “berbeda” dari yang lalu sebelum pandemi.

Tentu setiap orang akan berbeda ketika ia “terlahir kembali” seperti maksud saya di atas. Karena setiap orang memiliki kebiasaan yang berbeda dan juga ilmu yang berbeda. Sebagai contoh begini, sebelum pandemi seorang ibu rumah tangga “hanya” melakukan rutinitas setiap harinya mengurus rumah dan keluarga. Kemudian ia “akan terlahir kembali” sebagai sosok ibu yang memiliki tambahan ilmu yakni pengetahuan karena menjadi guru bagi anaknya yang belajar daring dan ilmu memasak karena setiap hari harus menyediakan camilan untuk anak-anak, misalnya begitu.

Contoh yang lain, mereka yang berprofesi sebagai guru. Sebelum pandemi mereka tak mengenal Zoom Cloud Meeting, istilah WFH dan Kinemaster. Kini guru “terlahir kembali” sebagai seorang YouTuber yang selalu rutin membuat content pembelajaran untuk murid. Terlahir menjadi seseorang yang memiliki tambahan kebaikan dari Allah itu adalah rahmat Allah semata.

Tentu masih banyak contoh lainnya. Seperti para pengusaha kuliner yang “terlahir kembali” menjadi pengusaha kuliner virtual, yakni dengan mendaftarkan dirinya ke platform online yang mulai diminati masyarakat. Sejak awal pandemi masyarakat mulai sadar untuk tidak keluar rumah kecuali untuk hal penting saja. Menghindari kerumunan dan memilih belanja online, termasuk mencicipi kuliner virtual.

            Menjadi manusia yang “terlahir kembali” di masa pandemi tidak selama terlahir menjadi baik (lebih kreatif berkarya), tetapi ada juga yang “terlahir kembali” menjadi manusia yang nilainya lebih buruk dari sebelumnya. Na’udzubillah. Masih ingat, bukan? Baiklah saya ulas beberapa yang menjadi berita di media massa.

            Seorang ibu di Tangerang yang membunuh anaknya karena tak sabar mendampingi belajar daring (online) di rumah. Seorang perawat yang melakukan perbuatan asusila pada pasien Covid-19 di wisma atlet Jakarta. Dua pejabat negara yang diduga terlibat korupsi. Dan YouTuber asal Bandung bernama Ferdian Paleka yang tega membagikan sembako berisi sampah, dengan dalih itu hanyalah content prank. Mereka semua merupakan contoh manusia yang “terlahir kembali” dalam keadaan belum sempurna. Mereka bisa sempurna, jika melakukan taubatan nasuha (benar-benar bertobat). Maukah Anda terlahir kembali, tetapi tak bernilai seperti itu? Tentu tidak mau, bukan?

 

***

           

 

 

 

BLANTERLANDINGv101

Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang