KESEHATAN
SEKSUAL ANAK DAN REMAJA JALANAN DI
SIDOARJO
Bambang Hariyono
A.
Pendahuluan
Jumlah anak anak dan remaja jalanan terus meningkat di
Indonesia terutama sejak adanya krisis moneter. Kota Sidoarjo sebagai penyangga
kota metropolis Surabaya, hampir tidak ada persimpangan, terminal dan stasiun
tanpa kehadiran mereka. Banyak anak dan remaja yang terpaksa bekerja di jalanan
demi mempertahankan kehidupan, membantu ekonomi keluarga, memenuhi kebutuhan
jajan, atau hanya karena tergiur kegiatan temannya. Diantara mereka ada yang
termasuk kelompok pejuang, kelompok pemalas, kelompok ikut-ikutan dan kelompok
liar. Kondisi ini jelas tidak menguntungkan terutama bagi kelompok anak-anak
dan remaja jalanan. Kelompok ini suda terbiasa terpapar oleh keadaan lingkungan
pergaulan yang sama sekali tidak kondusif bagi perkembangan fisik dan jiwanya.
Mereka sering menyaksikan remaja jalanan kelompok liar melakukan tindakan
kriminal seperti menodongkan senjata dengan meminta sesuatu kepada korban.
Faktor lingkungan dimana proses lingkungan keluarga dan masyarakat itu memegang peranan yang sangat penting. Orang-orang di lingkungan sosialnya serta keadaan keluarga dalam kehidupannya berpengaruh terhadap sifat-sifat dan ketahanan anak dan remaja dalam menghadapi pengaruh teman-temannya. Masalah-masalah yang berhubungan dengan kondisi lingkungan sosial ini sangat kompleks, diantaranya adalah masalah gangguan kesehatan seksual. Lingkungsn sosial yang rawan disinyalir mendorong terjadinya berbagai bentuk kekerasan pemaksaaan, perkosaan dan pelecehan seksual.
B.
Masalah Kesehatan Seksual dan Penanganan Anak dan Remaja Jalanan
Dalam periode sekarang ini masalah sosial yang
berkaitan dengan gangguan kesehatan seksual
remaja jalanan, ditemukan beberapa fenomena yang menarik diantaranya :
Pertama,
mengenai hubungan dengan orang tuanya yang kurang terbuka. Walaupun sebagian
besar masih tinggal bersama orang tuanya, namun nampaknya perhatian terhadap
dirinya masih sangat kurang. Hal ini terbukti dengan sangat jarangnya mereka
yang diajak rekreasi bersama dan kebiasaaan makan bersama yang rendah. Hal ini
dikarenakan dari keluarga remaja jalanan kurang harmonis. Perhatian terhadap
masalah yang bersifat pribadi remaja, misalnya kesehatan reproduksi dari orang
tuanya sangat rendah.
Orang tua yang sesungguhnya diharapkan kaum remaja bisa
menjadi tempat bertanya atau memperoleh penjelasan tentang kesehatan reproduksi
justru tidak banyak berperan. Kemungkinan dari pihak orang tua ada
kecenderungan menganggap kesehatan reproduksi adalah salah satu masalah yang
agak memalukan dan tidak seharusnya dibicarakan dengan anak-anaknya, meskipun
anak-anaknya sudah memasuki usia remaja. Para orang tua pada umumnya memilki
pendapat bahwa bila sudah dewasa kelak, maka anak-anaknya akan mengetahui
sendiri masalah kesehatan reproduksi ini (Singarimbun, 2005).Sementara itu,
dari pihak remaja sendiri meski sesungguhnya menginginkan informasi mengenai
masalah kesehatan reproduksi dari orang tuanya, tetapi pada umumnya mereka juga
bersikap malu-malu dan menganggap lebih aman mencari informasi mengenai kesehatan
reproduksi ini dari temannya.
Kedua,
berkaitan dengan jiwa kaum remaja jalanan yang labil dan selalu ingin mencoba
hal-hal yang baru. Di usia remaja ini, ciri-ciri umum yang dijumpai adalah rasa
keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu yang belum pernah dirasakan, karena
usia remaja merupakan masa peralihan yang tidak saja menimbulkan gejolak dan
gelisah, namun banyak diantara mereka yang mengalami banyak problem yang
berkaitan dengan pertentangan dalam dirinya. Seorang yang berada pada masa
remaja biasanya sangat mudah masuk dalam situasi anomie, yakni keadaan dimana
norma-norma atau hukum yang ada begitu kabur dan beraneka ragam sehingga remaja
mengalami kebingungan harus menuruti norma atau hukum yang mana (Singgih,
2005). Sering terjadi, akibat kontradiksi norma yang ada di sekitarnya atau
orientasinya yang mendua, di kalangan remaja cenderung muncul perilaku yang
menyimpang atau melakukan pelanggaran, dan skalanya kecil-kecilan sampai
mendekati kategori yang berbahaya.
Dalam lingkungan masyarakat, ditemukan bahwa sikap
pemisif remaja jalanan terhadap masalah perilaku seksual umumnya tidak
diimbangi dengan pengetahuan yang memadai, karenanya rawan penyimpangan. Banyak
remaja mengaku tahu cara menghindari kehamilan, misalnya dengan alat
kontrasepsi, tetapi mereka bersikap dan berperilaku yang agak terbuka dalam
berpacaran. Remaja jalanan yang berpacaran biasanya sudah melakukan hubungan
seks. Sikap remaja jalanan terhadap hubungan seks sebelum menikah itu ternyata
membolehkannya hanya karena saling membutuhkan, saling mencintai, dan sudah merencanakan
pernikahan.
Yang mengkhawatirkan dari sikap permisif ini adalah
tidak diimbangi dengan pengetahuan yang memadai mengenai resiko yang mungkin
dialami jika mereka salah bertindak. Bagaimana jika kehamilan terjadi dan
bagaimana cara mencegah agar tidak tertular penyakit kelamin misalnya, umumnya
kurang begitu dipahami oleh remaja sehingga bukan tidak mungkin menjadi salah
tafsir terhadap resiko yang mungkin bakal terjadi.
Ketiga,
kemampuan untuk menghidupi diri sendiri. Remaja jalanan adalah remaja yang
punya kelebihan-kelebihan dimana mereka pandai membaca peluang, tahan bekerja
keras dan mampu bertahan hidup dengan hiruk pikuknya perekonomian di kota
Sidoarjo.Mereka sudah bisa mendapatkan penghasilan sendiri dan relatif lebih
besar, jika dilihat dari lamanya mereka berada di jalanan. Penghasilan remaja
jalanan menunjukan per harinya antara 5.000 s.d 25.000. Namun sayangnya,
penggunaan uang sebesar itu lebih banyak untuk kebutuhan konsumsi (makan) bagi
dirinya sendiri dan sedikit untuk keluarga mereka. Dikhawatirkan akibat lebih
jauh dari kemampuan untuk mencari uang sendiri digunakan juga untuk hal-hal
yang terkait dengan pemenuhan nafsu seksualnya, karena pada usia remaja
kematangan biologis seksualnya terjadi dan rasa ingin tahu dan penasarannya terhadap
seks yang sangat tinggi.
Keempat,
terkondisi oleh lingkungan sosial yang rawan. Perilaku seksual remaja jalanan
sebagai akibat dorongan seksual yang tinggi dan semakin longgarnya kontrol
sosial serta mudahnya mendapatkan pelampiasan seringkali menimbulkan atau
mengakibatkan gangguan kesehatan seksual sangat awal sebagai akibat dari
terkondisi yang mungkin satu kali atau beberapa kali dalam waktu yang relatif
panjang. Remaja jalanan karena sering terkondisi oleh lingkungan kerja dan
pergaulan dimana banyak terjadi pelecehan, obrolan tentang pengalaman seks
remaja, membuat mereka sangat rawan mengalami gangguan kesehatan seksual.
Pelecehan dan kekerasan yang mereka alami sebelum dan selama bekerja akan
berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya untuk waktu selanjutnya. Perasaannya
dalam mensikapi pelecehan dan kekerasan semakin lama berubah. Perasaan yang
dulunya takut lama-lama pudar, berubah menjadi merasa dilecehkan dan akhirnya
menjadi perasaan yang biasa-biasa saja.
Kelima,
gangguan kesehatan seksual sudah menunjukkan angka yang mengkhawatirkan
lingkungan masyarakat dikarenakan tingkat pengetahuan yang kurang dalam
hubungan seksual sehingga rawan terjadi penyakit menular seksual. Untuk
memecahkan masalah kesehatan reproduksi remaja jalanan tidaklah mudah, karena
dalam kehidupannya sering mengalami konflik pribadi dan eksploitasi yang
berlapis). Biasanya dalam keluarga dia sering mengalami konflik pribadi
sehubungan dengan dorongan seks, kurang komunikasinya dengan orang tua terhadap
masalah seks, dan karena keterbatasan kamar (akibat tingkat ekonomi rendah)
seringkali remaja tidur bersama dengan orang yang berlainan jenis kelamin dalam
satu kamar. Sedangkan di lingkungan kerja dan pergaulannya sangat kondusif
untuk terjadinya pelecehan, eksploitasi dan perilaku seksual yang tidak
bertanggung jawab.
Penanganan yang telah
dilakukan oleh pemerintah dan lembaga sosial dalam memberi perlindungan terhadap
gangguan kesehatan seksual dan pemberdayaan anak-anak dan remaja jalanan dari
resiko tertularnya PMS (Penyakit Menular Seksual), terutama HIV dan Aids selama
ini sebenarnya telah berjalan cukup baik. Namun kuantitas remaja jalanan yang
ada sekarang jauh lebih besar untuk bisa dicakup dalam kegiatan pemerintah dan
lembaga sosial tersebut. Penanganan dan kegiatan anak dan remaja yang dilakukan
selama ini meliputi pemberdayaan agar mereka bisa melakukan kegiatan produktif
yang positif. Karena pada dasarnya mereka adalah remaja-remaja yang pandai
membaca peluang, kebanyakan bekerja keras (terbiasa dengan panas dan hujan),
memiliki solidaritas yang tinggi sesama teman, mudah belajar terhadap sesuatu
dan bersikap terbuka. Disamping pemberdayaan, langkah yang dilakukan pemerintah
dan lembaga sosial yaitu dengan memberi perlindungan terhadap resiko
tertularnya penyakit menular melaui Program Penjangkauan Masyarakat yaitu
membantu kelompok-kelompok masyarakat yang sulit terjangkau oleh program-program pemerintah baik akses
terhadap informasi maupun pelayanan kesehatan, program bimbingan sosial dengan
kegiatan utama pembinaan mental kerohanian dan konseling.
0 comments